Saturday, July 30, 2016

Ayahmu tak pandai bertutur kata dengan rapi, jadi ia menulisnya.

  Nak.. kelak suatu saat jika tulisan ayahmu ini masih bisa dibaca olehmu kelak. Ayahmu adalah orang yang paling bersyukur di dunia ini. Jangan khawatir jika kau malas membacanya nak. Mungkin kau akan membaca ini disaat ayahmu masih ada, saat kau butuh sedikit wejangan dari ayahmu yang banyak ha ha ha nya ini, ataupun saat kau mengais kenangan tentang ayahmu ini.. yang mungkin telah tiada saat kau membacanya..


   Jangan takut untuk bertarung dengan kerasnya hidup nak. Walaupun semua impianmu suatu saat tak ada yang terwujud, walaupun rasanya mati adalah jalan yang lebih baik daripada meneruskan hidup yang suram, percayalah di tengah jalanmu yang berada di ambang keputus asaan dan rasa ingin terus berjuang dan bertahan.. kau akan menemukannya, satu pun tak mengapa. Syukuri dan pertahankan itu. Sampai saat itu tiba, sampai saat kau menemukannya, lindungi ibumu, dan saudara-saudarimu dari ambang jatuhnya kesengsaraan, tak peduli kau anakku yang keberapa, sulung ataupun bungsu, kau memikul tanggung jawab yang sama untuk melindungi keluargamu.

    Nak.. hidup dalam kesengsaraan itu adalah hal yang wajar, bahkan tanpa kau sadari dan kau inginkan kesengsaraan itu layaknya maut, tak terkira jarak pandangannya dari mata kita, tapi selalu dekat senantiasa. Seperti ketika kau akan kehilangan pekerjaanmu esok hari, atau tak punya uang untuk membeli sesuatu yang ingin, atau tak punya sesuatu untuk dimakan hari ini dan esok hari, atau seperti saat kau berak di celana saat di sekolah. Satu kesalahan kecil saja mampu mendatangkan kesengsaraan yang besar. Kau tahu nak, sebagian besar hidup ayahmu ini adalah kesengsaraan. Aku tak tahu kenapa aku berpikiran seperti itu. Tapi mungkin hari-hari kesengsaraan itu kujalani agar aku bisa memberitahumu soal hal ini nak. Untuk hari-hari dimana saat kita dipersatukan oleh takdir, jadi aku bisa melindungi ataupun menyelamatkan kalian, setidaknya dengan saran ini.


   " Jika hidupmu di penuhi oleh rantai kebencian yang membelenggu, jangan mengikat orang lain dengan rantai kebencian yang juga membelenggumu. Jadilah pemutus rantai kebencian tersebut."

     Ayah minta maaf ya nak, jika ayahmu ini masih sangat kekanak-kanakan tingkahnya, ini sesuatu yang tak bisa kucegah nak. Sesuatu yang kuanggap sebagai kompensasi dimana hidup masa kanak-kanakku dulu mungkin tak seindah kalian. Tenang saja nak, kesengsaraan yang ayah alami hanyalah hal kecil, tak lebih besar daripada orang yang hidupnya lebih sengsara daripada ayah. Bagi ayah, menghilangkan kesengsaraan itu mudah, seperti mencetak gol diantara gawang yang terbuat dari sandal dan merayakannya dengan lepas kaos bolamu sembari melet melet kegirangan.

     Jika saat membaca tulisan ini hidupmu dalam kesengsaraan, sekarang lupakan itu semua. Ayo pergi dari jurang yang dalam ini. Ayo pungut harapan dari dirimu sendiri, keluarlah dari kegelapan, pikirkan tentang keluargamu. Lindungi mereka supaya tak mengalami kesengsaraan seperti yang kau alami.

     Ayahmu ini orang yang sebagian besar hidupnya dimakan kegelapan atas rasa sakit, frustasi, depresi, dan apapun yang bisa kau sebut untuk menggambarkannya. Jadilah orang yang pengertian di segala aspek juga nak, Yang memiliki pengertian yang mendalam atas perasaan orang, yang mempunyai pengertian untuk mengambil keputusan di waktu tang tepat, yang mengerti akan mana yang baik dan buruk secara menyeluruh, tak timbang sebelah di hal baik maupun di hal buruk. Justifikasi itu bukan milikmu nak, biarkan dunia di sekitarmu berputar seperti yang seharusnya, jangan ikut arus kegilaan ataupun kefanatikan. Jadilah orang yang konsensual. Orang yang mampu memaklumi tanpa harus menghakimi, orang yang mampu mengkondisikan apa yang seharusnya lebih baik tanpa jadi pahlawan. Tapi jika menjadi orang yang seperti itu ada resikonya juga, dimana kau adalah seseorang yang dapat diandalkan, dan banyak orang yang akan mencoba memanfaatkanmu, memerasmu. Dari sini, ini pilihanmu. Mengikuti mereka, atau jadi seseorang yang egois. Mengalah bukanlah sesuatu yang buruk nak. Jika kau membaca tulisan ini, sebagian yang aku bicarakan ada padaku, dan sebagian tidak. mungkin lebih banyak yang tidak ada, jadi aku ingin berbagi pendapat dan pandanganku tentang ini.


     Runtuhkan kesengsaraan dengan rasa ingin melindungi, rasa ingin mencintai, dan rasa untuk menyayangi. Jika dirimu sengsara demi melindungi orang yang kau cintai, percayalah. Kesengsaraanmu suatu saat akan menjadi dongeng melegenda yang akan kau ceritakan ke anak cucumu, dan mungkin nantinya kau akan membuat lelucon tentangnya. hahaha


     Karena kau anakku, maka rambutmu pasti akan bergelombang juga, karena bubunmu rambutnya bergelombang. Jadi suatu saat pastikan kau akan membagikan kebijaksanaan berbalut uban di rambut bergelombangmu seperti yang kulakukan saat ini kepada anak cucumu, atau aku akan menjitakmu ketika nanti aku berwujud roh. ho ho hooo


satu pesanku nak, berbahagialah, karena ratusan tahun kesengsaraanmu pasti akan terhapus oleh senyum kebahagiaan orang yang kau lindungi dari kesengsaraan.

udah ah yayah capek ngetik.